''mudah mudahan saja kita bisa bertemu dg pangeran matahari di lembah tengkorak nanti gayatri. di kitab babad tanah leluhur tertulis dg kalo pangeran matahari akan muncul kembali 200 tahun setelah istana tapak suci mengalami kehancuran.'' ucap kakek tua berjubah putih tersebut.
''Ekh?!'' antoch tersentak kaget mendengar kakek tua di depannya menyebut pangeran matahari. antoch bertanya tanya dalam hati kenapa kakek tua itu menyebut soal pangeran matahari dan juga istana tapak suci. ini adalah hal yg aneh menurutnya.
''ya tapi di kitab itu tidak menyebutkan ciri ciri pangeran matahari tersebut guru. di situ hanya di sebutkan pangeran matahari akan muncul kembali di masa 200 tahun setelah istana tapak suci hancur. sangat sulit guru menemukan orang di maksut. sedangkan ibu harus terbaring menahan sakit menunggu pangeran matahari muncul mengobati beliau.'' ucap si gadis yg bernama gayatri dg nada putus asa.
''selagi kita berusaha maka sang hyang widi pasti menunjukkan jalan untuk kita. janganlah kamu berputus asa. kuatkan hati mu gayatri.'' ucap si kakek sambil menepuk bahu gayatri lembut untuk menenangkan hati gayatri.
gayatri menghela nafas pendek, dia kembali melirik ke arah pemuda bertopeng perak dan secara kebetulan pemuda bertopeng perak itu juga melirik gayatri sehingga pandangan mereka sejenak bertemu lalu mereka sama2 menghindar, ada suatu perasaan aneh yg tiba2 menjalar di hati gayatri, seolah seperti perasaan kangen, rindu dan juga seperti merasa sudah dekat dg pemuda bertopeng tersebut.
''kita kembali ke penginapan yuk.'' ucap intan ayu sambil beranjak berdiri.
Antoch menoleh ke intan ayu lalu mengangguk pelan. antoch dan intan ayu segera beranjak pergi dari kedai tersebut. kembali ketika melirik pandangan antoch bertemu dg pandangan gayatri yg juga melirik padanya. sejenak mereka saling pandang kemudian antoch melangkah mengikuti intan ayu yg sudah duluan keluar.
gayatri menatap pemuda bertopeng yg melangkah keluar dari dalam kedai. gayatri benar2 merasa aneh dg perasaan yg tiba tiba menjalar merasuki hatinya, tapi perasaan apa itu gayatri tidak bisa mengartikannya.
''gayatri. ada apa?'' tanya kakek tua cepat meliat gayatri yg bersikap sedikit aneh.
gayatri menoleh ke kakek tua di sebelahnya lalu menggeleng sedikit. ''tidak. tidak apa apa guru.'' ucapnya cepa.
''dari tadi guru liat kamu memperhatikan pemuda bertopeng terus. apa kamu kenal dia?'' tanya kakek tua itu menyelidik.
gayatri menggeleng cepat. ''tidak. aku tidak kenal orang bertopeng itu.'' sahut gayatri.
''hmmmm. ya sudah. kita makan saja dulu setelah itu kembali ke penginapan.''
''baik. guru.''
mereka lalu mulai melahap makanan yg telah di sediakan pemilik kedai.
* * *
Duaaarr !!!
Suara ledakan keras menghantam pohon hingga hancur berkeping keping.
''hahahaha. mampus kau rejo warang. hahahaha.'' tawa seorang kakek tua berpakaian serba hitam. tongkat berbentuk ular tergenggam di tangan kanannya. rupanya tongkat inilah yg mengeluarkan sinar kehijauan dan mengenai pohon hingga hancur berkeping keping. di depan kakek tua itu ada orang tua terduduk memegangi dadanya yg sakit akibat adu tenaga dalam dg kakek tua tersebut. di samping orang tua itu ada seorang gadis memegangi bahu orang tua itu.
''uhuk uhuk. jalak ireng. apa mau mu sebenarnya?'' seru si orang tua yg bernama rejo warang dg suara parau.
''mau ku?! hahahaha. tentu saja membunuh mu tapi sebelum itu katakan dimana kau sembunyikan pusaka pedang samudra itu. ato kau ingin aku siksa dulu rejo warang. katakan !!'' bentak jalak ireng garang.
''manusia terkutuk. kami tidak takut mati. hiaaatt.'' teriak si gadis yg ternyata adalah gayatri. tanpa tanggung2 gayatri mencabut pedang di punggungnya.
''gayatri jangan. dia bukan tandingan mu.'' teriak rejo warang parau.
''hahahaha. nyalimu besar juga cah ayu. ayu majulah. hahahaha.'' ejek jalak ireng meremehkan serangan gayatri.
Dg ilmu yg di dapat dari gurunya yaitu rejo warang, gayatri memainkan jurus jurus pedang dg kecepatan tinggi. tampak sekali kilatan kilatan cahaya yg berkilau dari pedang membuat gayatri bagai bidadari menari. secepat kilat gayatri menyerang daerah2 vilal jalak ireng. seranganya sungguh berbahaya sekali namun yg tengah ia hadapi bukanlah tokoh sembarangan. gurunya saja di buat tersungkur apa lagi gayatri yg hanya seorang murid pasti bukanlah tandingan si jalak ireng. agaknya jalak ireng sengaja mempermainkan si gadis karna dia hanya melawan dg tangan kiri saja, setiap serangan yg datang dg mudah sekali di patahkan. sebenarnya gayatri juga tidak bisa di anggap remeh sebab semua ilmu gurunya telah ia kuasi dg sempurna namun menghadapi tokoh kosen yg di dunia persilatan di juluki datuk tongkat ular ini membuat gayatri hanya jadi mainan saja oleh jalak ireng.
''hahahaha. ayo anak manis keluarkan semua kemampuan mu. hahahaha.'' ledek ki jalak ireng meremehkan gayatri.
''Huh. jangan sombong kau orang tua. tahan pukulan ku !!'' seru gayatri geram. dg gerakan cepat gayatri mengumpulkan tenaga dalamnya di tangan kanan, kaki kanan di tarik kebelakang, gayatri bersiap melepaskan pukulan sakti jarak jauh dg tenaga dalam penuh. maka dari tangan kanan gayatri melesatlah sinar merah menerjang ke arah datuk tongkat ular. itulah pukulan sakti yg di turunkan gurunya ki rejo warang yg bergelar malaikat tangan besi. pukulan sakti itu bernama pukulan telapak kematian. pukulan telapak kematian dulu sempat menggegerkan dunia persilatan karna keganasannya. dalam sekali pukulan saja mampu membunuh lima ekor kerbau dewasa dg tubuh hangus.
''pukulan telapak kematian?!'' seru ki jalak ireng tersentak kaget.
maka kali ini ki jalak ireng tidak mau berlaku ayal, dg cepat dia gerakkan tongkat ularnya berputar tiga kali lalu di sentakkan tongkat ular itu ke depan, dari ujung tongkat yg berkepala ular itu melesatlah sinar hijau yg memapaki sinar merah pukulan telapak kematian. sinar hijau yg bernama ajian ular hijau mematuk mangsa itu bertemu di udara dalam satu titik.
DUAAAARR !!!
Ledakan dahsyat terjadi begitu dua pukulan sakti beradu, tempat itu bergetar bagai terkena lindu.
''aaakh.'' jerit gayatri terpental dua tombak kebelakang. tiba tiba sekelebat bayangan putih menyambar tubuh gayatri yg hampir saja menabrak pohon.
ki jalak ireng hanya sedikit limbung saja namun dadanya agak terasa sakit akibat benturan tenaga dalam tadi, dg cepat ki jalak ireng mengerahkan hawa murni guna mengusir rasa sakit di dadanya.
sementara itu gayatri yg muntah darah terluka dalam tengah di beri hawa murni oleh seorang pemuda bertopeng perak yg tak lain adalah antoch. di tempat lain tampak intan ayu tengah menolong kakek tua ki rejo warang untuk berdiri.
''terima kasih nisanak.'' ucap ki rejo warang parau.
''kakek tidak apa apa?'' ucap intan ayu pelan.
''tidak. aku tidak apa apa.'' ki rejo warang menoleh ke arah gayatri yg tengah di beri hawa murni. ''gayatri.'' serunya pelan. ki rejo warang menghampiri gayatri muridnya itu. ''kisanak. terima kasih banyak kisanak telah menolong murid ku gayatri.''
antoch menarik nafas dalam2 lalu menghembuskannya pelan. antoch menoleh ke arah orang tua yg tadi bertanya. dia mengangguk sedikit lalu berdirì. ''untung murid mu cepat di tolong klo terlambat sedikit saja nyawanya pasti melayang. benar2 pukulan yg sangat mengerikan.'' ucap antoch dg tenang.
''ouh,.terima kasih kisanak terima kasih.''
''uhuk uhuk. guru.'' ucap gayatri terbatuk batuk.
''gayatri. kamu tidak apa apa?'' ucap ki rejo warang mencemaskan keadaan muridnya itu.
gayatri menggeleng cepat. ''aku tidak apa apa,guru.'' ucapnya pelan.
''sebaiknya kalian bersemedilah untuk memulihkan tenaga kalian.'' ucap antoch kalem. antoch berbalik badan menghadap kakek tua pemegang tongkat ular.
''hati hati kisanak. dia sangat berbahaya. tongkat ularnya mampu menghancurkan batu besar, jadi berhati hatilah.'' ucap ki rejo warang mengingatkan antoch.
antoch menoleh ke arah ki rejo warang lalu mengangguk cepat. ''intan. kamu jaga mereka di sini.'' seru antoch pada intan ayu.
''baik.'' sahut intan ayu mengangguk cepat.
antoch melangkah lima tindak ke arah ki jalak ireng yg sudah berdiri dari duduknya sehabis mengobati luka dalamnya akibat beradu tenaga dalam dg gayatri.
''orang tua. sebaiknya hentikan saja semua ini. tidak ada untungnya meneruskan permasalahan yg ada.'' ucap antoch tenang mengajak jalan berdamai.
ki jalak ireng menatap pemuda bertopeng dg tajam. ki jalak ireng mendengus saja mendengar ucapan si pemuda yg mengajak berdamai. ''heh. siapa kau bocah? jangan jadi pahlawan kesiangan. lekas pergi dari hadapan ku kalo masih ingin meliat matahari esok hari.'' ucap ki jalak ireng ketus.
antoch tersenyum lembut mendengar ucapan orang tua yg jelas jelas meremehkan dirinya namun antoch tak mau terpancing maka dg sabar dia masih menginginkan jalan damai dari pada harus terjadi pertumpahan darah yg sia sia saja. ''hmmm. kita manusia hanya memiliki selembar nyawa jadi untuk apa tidak gunakan hidup ini di jalan kebenaran dan berbuat kebajikan.'' ucap antoch kalem.
''heh. jangan menggurui ku bocah. tau apa kau soal hidup jadi jangan sok berlagak di hadapan ku. lekas minggat dari hadapan ku kalo masih sayang nyawa.'' bentak ki jalak ireng garang.
antoch kembali tersenyum. ''kenapa musti harus ada pertumpahan darah jika jalan damai masih terbentang..''
''jangan banyak bacot kau bocah. di beri madu malah minta racun. rasakan tongkat ini.'' sergah ki jalak ireng.
Dg gerakan kilat ki jalak ireng mengayunkan tongkat ularnya ke kepala antoch. deru angin berhembus cepat ketika tongkat ular itu bergerak cepat. tinggal sejengkal lagi tongkat itu memecahkan kepala antoch tiba tiba tangan antoch bergerak kilat menahan tongkat tersebut hanya dg satu jari saja. antoch berbuat begitu agar ki jalak ireng sadar dan bisa di ajak berdamai.